-->

Breaking

logo

Saturday, March 10, 2018

Mitos dan Fakta seputar Jalan Tol

Mitos dan Fakta seputar Jalan Tol

Pemahaman keliru tentang jalan bebas hambatan atau jalan tol yang menjurus pada mitos, masih banyak beredar di masyarakat. Contoh kasus adalah di jalan tol Cipularang Jawa Barat, yang relatif kerap terjadi insiden kecelakaan. Menurut Jusri Pulubuhu, pendiri sekaligus instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDCC), ada beberapa mitos dan fakta mengenai jalan tol tersebut.

Mitos dan Fakta seputar Jalan Tol

Mitos dan Fakta seputar Jalan Tol
Mitos dan Fakta seputar Jalan Tol

Pemahaman keliru berlanjut ke, misalnya, mengemudi di jalan tol atau bebas hambatan tak memerlukan konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan di jalan biasa. Faktanya, secara umum kondisi jalan tol lebar, lancar, kecepatan tinggi, dan monoton. Terdapat risiko kecelakaan masif dan hal ini butuh konsentrasi lebih dibandingkan dengan di jalan biasa.

Hal ini menyebabkan pengemudi menjadi mudah letih, kewaspadaannya menurun, hasrat untuk memacu kecepatan melebihi kemampuan kendaraannya pun menjadi lebih tinggi. Makin besar momentum dan gaya sentrifugal yang terjadi, kestabilan kendaraan akan makin berkurang dan mudah bergerak liar seperti terjadinya selip. Kemudian pemahaman keliru lainnya, ketika menghadapi masalah, tindakan pertama adalah mengerem. Padahal, menyikapi masalah saat mengemudi harus diawali proses analisa serta keputusan kemudian eksekusi secara cepat dan tepat.

Mengerem bisa timbulkan masalah

Mengerem bukan selalu menjadi tindakan pertama karena jika dilakukan di tempat dan waktu yang salah, hal ini bisa menimbulkan masalah lainnya.

Pada kecepatan tinggi di atas 80 km/jam di lintasan menurun, saat ban depan mobil pecah, tindakan jitu adalah ”mengerem” agar kendaraan terkontrol. Pada kondisi ini, pusat gravitasi dan distribusi bobot berpindah ke depan. Sebaiknya hal yang perlu diperhatikan, kendali kendaraan ada pada roda depan. Jika pengereman terjadi mendadak, beban roda depan yang bannya pecah akan lebih besar dan menimbulkan gaya tarik ke arah sisi roda yang ­pecah itu.

Sebaiknya jangan panik, jangan mengerem dan tahan kecepatan sesaat bagi kendaraan dengan pusat gravitasi rendah. Jangan mengerem dan menaikkan kecepatan 10 km/jam sesaat bagi kendaraan dengan pusat gravitasi tinggi. Kemudian arahkan kendaraan sesuai dengan arah lintasan dan tahan kemudi dengan kuat dan erat. Ketika kondisi sudah mulai terkendali, kurangi kecepatan secara bertahap dan arahkan kendaraan ke lintasan yang aman.

Disclaimer: Images, articles or videos that exist on the web sometimes come from various sources of other media. Copyright is fully owned by the source. If there is a problem with this matter, you can contact